Pages

Senin, 31 Maret 2014

Menumbuhkan Budaya lokal dalam Perguruan tinggi

       Universitas Gunadarma

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi





  Nama : Aditya Nugroho
NPM: 10113245
Kelas : 1ka08


Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2014







Pendahuluan

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang sangat beragam. Namun sayangnya, seiring perkembangan zaman, budaya yang ada di Indonesia lama kelamaan semakin pudar. Masyarakat yang ada didalamnya semakin hari semakin terpengaruh dan lebih nyaman dengan budaya masyarakat luar, tidak terkecuali bagi seorang pelajar ataupun mahasiswa. Oleh karenanya, pengenalan dan penerapan budaya merupakan kebutuhan yang harus diberlakukan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Lalu, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan budaya itu sendiri? Dan mengapa masyarakat muda seperti mahasiswa mulai meninggalkan budaya yang mereka punya? Selanjutnya, bagaimana cara agar mahasiswa-mahasiswi di Indonesia dapat kembali menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri? Saya akan menjelaskan hal-hal yang menjadi pertanyaan tersebut melalui tulisan ini.

Mengapa tulisan ini saya buat? Tentu saja tujuannya adalah untuk dapat mengupas tentang apa saja hal-hal yang membuat para remaja di kalangan mahasiswa tidak perduli lagi dengan budaya mereka, dan tentunya untuk meningkatkan kembali kemauan masyarakat untuk mengenal kembali budaya yang seharusnya mereka cintai.

PEMBAHASAN

Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Jalur Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.


    Jalur Intrakurikuler

Untuk mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah diperlukan adanya pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah. Tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap hal itu, mustahil mahasiswa dapat menjalankan peran itu dengan baik. 
Peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah dapat dilakukan melalui jalur intrakurikuler; artinya seni dan budaya daerah dijadikan sebagai salah satu substansi atau materi pembelajaran dalam satu mata kuliah atau dijadikan sebagai mata kuliah. Kemungkinan yang pertama dapat dilakukan melalui mata kuliah  Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) bagi mahasiswa program studi eksakta, dan Ilmu Budaya Dasar dan Antropologi Budaya bagi mahasiswa program studi ilmu sosial. Dalam dua mata kuliah itu terdapat beberapa pokok bahasan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah yaitu tentang manusia dan kebudayaan, manusia dan peradaban, dan manusia, sains teknologi, dan seni. Kemungkinan yang kedua tampaknya telah diakomodasi dalam kurikulum program studi-program studi yang termasuk dalam rumpun ilmu budaya seperti program studi di lingkungan Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya.
Beberapa mata kuliah yang secara khusus dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap seni dan budaya daerah adalah Masyarakat dan Kesenian Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, dan Masyarakat dan Kebudayaan Pesisir. Melalui mata kuliah-mata kuliah itu, mahasiswa dapat diberi penugasan untuk melihat, memahami, mengapresiasi, mendokumentasi, dan membahas seni dan budaya daerah. Dengan kegiatan-kegiatan semacam itu pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daearah akan meningkat yang juga telah melakukan pelestarian.    
Jalur intrakurikuler lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman bahkan mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa-mahasiswa yang telah mendapatkan pemahaman yang mencukupi terhadap seni dan budaya daerah dapat berkiprah langsung dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah. Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang merupakan bentuk lain dari KKN di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro telah digunakan untuk berperan serta dalam pelestarian dan  pengembangan seni dan budaya daerah. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, khususnya yang berasal dari program studi Sejarah, dalam tiga tahun terakhir sebagian telah membantu merevitalisasi seni budaya yang tumbuh dan berkembang di Semarang, misalnya batik Semarang, arsitektur Semarang, dan membantu mempromosikan perkumpulan Wayang Orang Ngesthi Pandhawa.

»        Jalur Ekstrakurikuler

Pembentukan dan pemanfaatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian Jawa (Daerah Lainnya) merupakan langkah lain yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Sehubungan dengan hal itu, pimpinan perguruan tinggi perlu mendorong pembentukan UKM Kesenian Daerah. Lembaga kemahasiswaan itu merupakan wahana yang sangat strategis untuk upaya-upaya tersebut, karena mereka adalah mahasiswa yang benar-benar berminat dan berbakat dalam bidang seni tradisi. Latihan-latihan secara rutin sebagai salah satu bentuk kegiatan UKM kesenian daerah (Jawa misalnya) yang pada gilirannya akan berujung pada pementasan atau pergelaran merupakan bentuk nyata dari pelestarian seni dan budaya daerah.
Forum-forum festival seni mahasiswa semacam Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas) merupakan wahana yang lain untuk pengoptimalan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah.

 Optimalisasi Peran Lembaga Kebudayaan

Lembaga-lembaga kebudayaan baik yang berbentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), sanggar, atau paguyuban merupakan elemen lain yang dapat berperan serta dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Sejauh ini lembaga kebudayaan dipandang sebagai elemen masyarakat yang relatif memiliki perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi dan kelangsungan seni dan budaya daerah.  
Optimalisasi peran lembaga kebudayaan memerlukan dukungan pemerintah. Pembentukan dewan kesenian merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalisasikan peran lembaga kebudayaan. Dewan kesenian dapat merencanakan sejumlah kegiatan antara lain dapat berupa penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan bagi lembaga-lembaga kebudayaan yang bertujuan untuk memberikan arah dalam pengembangan seni dan budaya daerah.
Pemerintah berkewajiban untuk mendorong peran serta lembaga kebudayaan melalui pemberian ruang ekspresi yang cukup dalam bentuk penyediaan gedung-gedung kesenian yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh para seniman untuk berekspresi. Memang, pemerintah telah menyediakan ruang ekspresi itu, namun sering kali para seniman tidak mampu menjangkau sewa gedung yang mahal menurut ukuran seniman (tradisi). Penyediaan fasilitas gratis bagi seniman yang akan menyelenggarakan pergelaran merupakan kebijakan yang ditunggu-tunggu oleh kalangan seniman tradisi. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan insentif atau apa pun namanya kepada lembaga kebudayaan yang memiliki komitmen, konsisten, dan secara kontinyu melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian seni dan budaya daerah. Menurut sepengatahuan penulis, baik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kota Semarang telah melakukan hal ini.

          KENDALA-KENDALA

Berdasarkan pengalaman penulis baik sebagai aktivis kegiatan seni mahasiswa, pembina UKM,  pengrawitmaupun pelatih seni (karawitan dan Gambang Semarang), terdapat sejumlah kendala yang dihadapi dalam optimalisasi peran serta mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Jumlah mahasiswa yang berminat terhadap seni daerah sangat terbatas. Mahasiswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan minat dan bakat yang lain daripada mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan seni tradisi. Mahasiswa lebih memilih bidang seni nontradisi atau bidang penalaran. Di perguruan tinggi nonkesenian, perhatian terhadap bidang seni tradisi relatif rendah.
Keterbatasan dana menjadi kendala berikutnya yang akan muncul apabila akan melestarikan seni dan budaya daerah. Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah memerlukan adanya kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan seni yang berujung pada pergelaran membutuhkan dana yang tidak sedikit. Perguruan Tinggi nonseni sering kali tidak memiliki dana yang cukup atau bahkan tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Keterbatasan dan ketiadaan dana untuk kegiatan pelatihan dan pergelaran seni daerah di perguruan tinggi merupakan cermin kurangnya perhatian atau mungkin tidak adanya perhatian perguruan tinggi dalam pelestarian seni dan budaya daerah.

Penutup

Walaupun di Indonesia terdapat banyak sekali keanekaragaman budaya, tidak meminilisir kemungkinan masuknya budaya asing ke Indonesia. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kaum muda seperti mahasiswa mulai meninggalkan budaya yang mereka punya. Apalagi mahasiswa belum sepenuhnya dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk dari budaya asing yang masuk ke Indonesia. Untuk itu, sangatlah penting mengenalkan budaya nasional kepada masyarakat terutama masyarakat muda yang masih labil dan mencari jati diri, misalnya dengan diadakannya mata kuliah muatan lokal (kesenian).

Penutup

Walaupun di Indonesia terdapat banyak sekali keanekaragaman budaya, tidak meminilisir kemungkinan masuknya budaya asing ke Indonesia. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kaum muda seperti mahasiswa mulai meninggalkan budaya yang mereka punya. Apalagi mahasiswa belum sepenuhnya dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk dari budaya asing yang masuk ke Indonesia. Untuk itu, sangatlah penting mengenalkan budaya nasional kepada masyarakat terutama masyarakat muda yang masih labil dan mencari jati diri, misalnya dengan diadakannya mata kuliah muatan lokal (kesenian).




th4r1e.blogspot.com/2011/04/optimalisasi-peran-mahasiswa-dalam.html
31/3/2013 15:00

Aditya Nugroho/10113245/1KA08





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger templates