2014
Pendahuluan
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Indonesia memiliki
keanekaragaman budaya yang sangat beragam. Namun sayangnya, seiring
perkembangan zaman, budaya yang ada di Indonesia lama kelamaan semakin pudar.
Masyarakat yang ada didalamnya semakin hari semakin terpengaruh dan lebih
nyaman dengan budaya masyarakat luar, tidak terkecuali bagi seorang pelajar
ataupun mahasiswa. Oleh karenanya, pengenalan dan penerapan budaya merupakan
kebutuhan yang harus diberlakukan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Lalu, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan budaya itu
sendiri? Dan mengapa masyarakat muda seperti mahasiswa mulai meninggalkan
budaya yang mereka punya? Selanjutnya, bagaimana cara agar mahasiswa-mahasiswi
di Indonesia dapat kembali menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri? Saya
akan menjelaskan hal-hal yang menjadi pertanyaan tersebut melalui tulisan ini.
Mengapa tulisan ini saya buat? Tentu saja tujuannya adalah
untuk dapat mengupas tentang apa saja hal-hal yang membuat para remaja di
kalangan mahasiswa tidak perduli lagi dengan budaya mereka, dan tentunya untuk
meningkatkan kembali kemauan masyarakat untuk mengenal kembali budaya yang
seharusnya mereka cintai.
PEMBAHASAN
Mahasiswa
memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya
daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang
menjadi penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indonesia. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa,
pada mereka harus bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan
negara bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural
mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan pengoptimalan peran mereka dalam
pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi
peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat dilakukan
melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Jalur
Intrakurikuler dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai
substansi mata kuliah; sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui
pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa (UKM) kesenian dan keikutsertaan mahasiswa
dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh berbagai
pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.
Jalur Intrakurikuler
Untuk mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian
seni dan budaya daerah diperlukan adanya pemahaman mahasiswa terhadap seni dan
budaya daerah. Tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap hal itu, mustahil
mahasiswa dapat menjalankan peran itu dengan baik.
Peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya
daerah dapat dilakukan melalui jalur intrakurikuler; artinya seni dan budaya
daerah dijadikan sebagai salah satu substansi atau materi pembelajaran dalam
satu mata kuliah atau dijadikan sebagai mata kuliah. Kemungkinan yang pertama
dapat dilakukan melalui mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
bagi mahasiswa program studi eksakta, dan Ilmu Budaya Dasar dan Antropologi
Budaya bagi mahasiswa program studi ilmu sosial. Dalam dua mata kuliah itu
terdapat beberapa pokok bahasan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah yaitu tentang manusia dan
kebudayaan, manusia dan peradaban, dan manusia, sains teknologi, dan seni. Kemungkinan
yang kedua tampaknya telah diakomodasi dalam kurikulum program studi-program
studi yang termasuk dalam rumpun ilmu budaya seperti program studi di
lingkungan Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya.
Beberapa mata kuliah yang secara khusus dapat digunakan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap seni dan budaya daerah adalah Masyarakat
dan Kesenian Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, dan Masyarakat dan
Kebudayaan Pesisir. Melalui mata kuliah-mata kuliah itu, mahasiswa dapat diberi
penugasan untuk melihat, memahami, mengapresiasi, mendokumentasi, dan membahas
seni dan budaya daerah. Dengan kegiatan-kegiatan semacam itu pemahaman
mahasiswa terhadap seni dan budaya daearah akan meningkat yang juga telah
melakukan pelestarian.
Jalur intrakurikuler lainnya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman bahkan mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian
seni dan budaya daerah adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa-mahasiswa
yang telah mendapatkan pemahaman yang mencukupi terhadap seni dan budaya daerah
dapat berkiprah langsung dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya
daerah. Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang merupakan bentuk lain dari KKN di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro telah digunakan untuk berperan
serta dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, khususnya yang berasal dari program studi
Sejarah, dalam tiga tahun terakhir sebagian telah membantu merevitalisasi seni
budaya yang tumbuh dan berkembang di Semarang, misalnya batik Semarang,
arsitektur Semarang, dan membantu mempromosikan perkumpulan Wayang Orang
Ngesthi Pandhawa.
» Jalur
Ekstrakurikuler
Pembentukan dan pemanfaatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Kesenian Jawa (Daerah Lainnya) merupakan langkah lain yang dapat ditempuh untuk
mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Sehubungan dengan hal itu, pimpinan perguruan tinggi perlu mendorong
pembentukan UKM Kesenian Daerah. Lembaga kemahasiswaan itu merupakan wahana
yang sangat strategis untuk upaya-upaya tersebut, karena mereka adalah
mahasiswa yang benar-benar berminat dan berbakat dalam bidang seni tradisi.
Latihan-latihan secara rutin sebagai salah satu bentuk kegiatan UKM kesenian
daerah (Jawa misalnya) yang pada gilirannya akan berujung pada pementasan atau
pergelaran merupakan bentuk nyata dari pelestarian seni dan budaya daerah.
Forum-forum festival seni mahasiswa semacam Pekan Seni
Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas) merupakan wahana yang lain untuk
pengoptimalan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi Peran Lembaga Kebudayaan
Lembaga-lembaga
kebudayaan baik yang berbentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM), sanggar, atau
paguyuban merupakan elemen lain yang dapat berperan serta dalam pelestarian
seni dan budaya daerah. Sejauh ini lembaga kebudayaan dipandang sebagai elemen
masyarakat yang relatif memiliki perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi
dan kelangsungan seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran lembaga kebudayaan memerlukan dukungan
pemerintah. Pembentukan dewan kesenian merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengoptimalisasikan peran lembaga kebudayaan. Dewan kesenian
dapat merencanakan sejumlah kegiatan antara lain dapat berupa penyuluhan,
pembinaan, dan pelatihan bagi lembaga-lembaga kebudayaan yang bertujuan untuk
memberikan arah dalam pengembangan seni dan budaya daerah.
Pemerintah berkewajiban untuk mendorong peran serta
lembaga kebudayaan melalui pemberian ruang ekspresi yang cukup dalam bentuk
penyediaan gedung-gedung kesenian yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh para
seniman untuk berekspresi. Memang, pemerintah telah menyediakan ruang ekspresi
itu, namun sering kali para seniman tidak mampu menjangkau sewa gedung yang
mahal menurut ukuran seniman (tradisi). Penyediaan fasilitas gratis bagi
seniman yang akan menyelenggarakan pergelaran merupakan kebijakan yang
ditunggu-tunggu oleh kalangan seniman tradisi. Selain itu, pemerintah juga
perlu memberikan insentif atau apa pun namanya kepada lembaga kebudayaan yang
memiliki komitmen, konsisten, dan secara kontinyu melakukan kegiatan-kegiatan
pelestarian seni dan budaya daerah. Menurut sepengatahuan penulis, baik
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kota Semarang telah melakukan
hal ini.
KENDALA-KENDALA
Berdasarkan pengalaman penulis baik sebagai aktivis
kegiatan seni mahasiswa, pembina UKM, pengrawit, maupun
pelatih seni (karawitan dan Gambang Semarang), terdapat sejumlah
kendala yang dihadapi dalam optimalisasi peran serta mahasiswa dalam
pelestarian seni dan budaya daerah. Jumlah mahasiswa yang berminat terhadap
seni daerah sangat terbatas. Mahasiswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan
minat dan bakat yang lain daripada mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
seni tradisi. Mahasiswa lebih memilih bidang seni nontradisi atau bidang
penalaran. Di perguruan tinggi nonkesenian, perhatian terhadap bidang seni
tradisi relatif rendah.
Keterbatasan dana menjadi kendala berikutnya yang akan
muncul apabila akan melestarikan seni dan budaya daerah. Optimalisasi peran
mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah memerlukan adanya kegiatan
pelatihan. Kegiatan pelatihan seni yang berujung pada pergelaran membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Perguruan Tinggi nonseni sering kali tidak memiliki
dana yang cukup atau bahkan tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan-kegiatan
tersebut. Keterbatasan dan ketiadaan dana untuk kegiatan pelatihan dan
pergelaran seni daerah di perguruan tinggi merupakan cermin kurangnya perhatian
atau mungkin tidak adanya perhatian perguruan tinggi dalam pelestarian seni dan
budaya daerah.
Penutup
Walaupun di Indonesia terdapat banyak sekali keanekaragaman
budaya, tidak meminilisir kemungkinan masuknya budaya asing ke Indonesia. Dan
hal tersebut dapat menyebabkan kaum muda seperti mahasiswa mulai meninggalkan
budaya yang mereka punya. Apalagi mahasiswa belum sepenuhnya dapat membedakan
mana yang baik dan yang buruk dari budaya asing yang masuk ke Indonesia. Untuk
itu, sangatlah penting mengenalkan budaya nasional kepada masyarakat terutama
masyarakat muda yang masih labil dan mencari jati diri, misalnya dengan
diadakannya mata kuliah muatan lokal (kesenian).
Penutup
Walaupun di Indonesia terdapat banyak sekali keanekaragaman
budaya, tidak meminilisir kemungkinan masuknya budaya asing ke Indonesia. Dan
hal tersebut dapat menyebabkan kaum muda seperti mahasiswa mulai meninggalkan
budaya yang mereka punya. Apalagi mahasiswa belum sepenuhnya dapat membedakan
mana yang baik dan yang buruk dari budaya asing yang masuk ke Indonesia. Untuk
itu, sangatlah penting mengenalkan budaya nasional kepada masyarakat terutama
masyarakat muda yang masih labil dan mencari jati diri, misalnya dengan
diadakannya mata kuliah muatan lokal (kesenian).