Universitas Gunadarma
Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Nama : Aditya Nugroho
NPM: 10113245
Kelas : 1ka08
Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas
Gunadarma
2013
BAB 9
ILMU PENGETAHUAN
TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
A. ILMU DAN 4 HAL
SIKAP ILMIAH
Macam-macam
pengertian ilmu
1. Ilmu adalah
panduan atau petunjuk yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia sebagai
bekal untuk menjadi khalifah dalam mengelola dunia, ibarat ketika
kita membeli suatu barang elektronik maka dibekali buku
panduan oleh produsenya untuk dipelajari
sehingga dapat menemukan cara terbaik dalam menggunakan,
merawat dan memperbaiki barang elektronik tersebut.
2. Ilmu adalah cahaya sebagai penerang langkah kehidupan serta bekal
untuk mengenal Tuhan.
3. Ilmu merupakan alat untuk membedakan antara orang yang mengetahui
dengan tidak mengetahui.
4. Tuhan akan meninggikan derajat orang-orang berilmu apabila mengamalkan
ilmunya.
5. Derajat orang berilmu yang bermanfaat itu lebih tinggi dari ahli
ibadah.
6. Ilmu itu jauh lebih baik dari pada harta.
Sumber-sumber
ilmu
·
Kabar yang dapat
dipercaya.
·
Indera lahir
maupun batin.
·
Akal berupa nalar
maupun intelektual.
·
Intuisi
Jenis-jenis ilmu
1. Ilmu abadi yaitu pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan
kepada manusia dalam bentuk kitab suci alquran dan hadist yang disampaikan
kepada manusia melalui perantara rasul sebagai utusan Tuhan, ilmu jenis ini
merupakan suatu bentuk yang sudah pasti benar dan tidak berubah serta dapat
dibuktikan dalam situasi,kondisi dan zaman apapun.
2. Ilmu yang dicari yaitu pengetahuan yang didapat oleh
manusia sebagai hasil dari usaha mencari suatau definisi alam semesta, ilmu
jenis ini dapat berubah entah itu bertambah maupun berkurang sesuai dengan
hasil riset penemuan manusia sebagai makhluk yang dibekali akal. sebuah ilmu
bisa dianggap benar dimasa lalu namun bisa jadi sudah tidak cocok dimasa depan
ketika dilakukan penelitian baru.
Jadi
difenisi Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan
sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari istemologepi.
Tujuan
ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan alirannya,
yaitu:
·
Pengembangan ilmu
pengetahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk
memenuhi rasa keingintahuan manusia.
·
Ilmu pengetahuan
pragmatis. Aliran ini meyakini bahwa pengembangan ilmu pengetahuan haruslah
dapat memberikan menfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan
Menurut Aristoteles:
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi; menurut Decartes: ilmu pengetahuan merupakan
serba budi; Bacon danDavid Home:
ilmu pengetahuan merupakan pengalaman indera dan batin; ImmanuelKent: Pengetahuan
merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan menurut teoriPhyroo:
mengatakan tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Dari berbagai
macam pandangan diatas diperoleh teori-teori kebenaran pengetahuan:
1.
Teori yang bertitik tolah adanya hubungan dalil à teori ini menjelaskan dimana
pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan
dengan dalil yang terdahulu.
2.
Pengetahuan benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.
3.
Pengetahuan benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang
mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori
dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi
ilmu pengetahuan mengalami kesulitan, walaupun dikalangan ilmuwan sudah ada
keseragaman pendapat, namun masih terperangkap dalam tautologis (pengulangan
tanpa membuat kejelasan) dan Pleonasme/mubazir saja. Pembentukan ilmu akan
berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi
a. Objek
Material
Sebagai bahan
yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh
b. Objek
Formal
Sudut pandangan
yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian
Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan
yang dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada
fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berfikir analitis, sintesis,
induktif, dan deduktif yang berujuk pada pengujian kesimpulan dengan
menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencarai berbagai hal yang merupakan
pengingkaran.
Untuk mencapai
suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah yaitu:
1.
Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah
yang objektif.
2.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya
didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis
yang ada.
3.
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap
alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4.
Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah
mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu
pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan
itu sendiri sebagai dasar untuk langkah selanjutnya. Ilmu pengetahuan itu
sendiri mencakup ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial dan
kemanusiaan, dan sebagai apa yang disebut generic meliput segala usaha
penelitian dasar dan terapan serta pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan
utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan adalah untuk
menerapkan secara praktis pengetahuan ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai
penggunaan sistematis dari pengetahuan yang diperoleh penelitian untuk
keperluan produksi bahan2, cipta rencana sistem metode atau proses
yang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atau engineeringnya (Bachtiar
Rifai, 1975)
Dalam menerapkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan
sosialnya. Bagaimna konteksnya dengan teknologi dan kemungkinan untuk
mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan ilmiah. Contoh sederhana
tapi mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalam masyarakat tersebut ada
kesatuan dari pengetahuan dan perbuatan, demikian pula hubungan sosial di dalam
suku dan kewajiban setiap individu jelas. Argumen ontologis, kalau menurut
teori Plato, artinya berteori tentang wujud atau hakikat yang ada. Keadaannya
sekarang sudah berkembang sehingga manusia sudah mampu membedakan antara ilmu
pengetahuan dengan etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
4 Hal Sikap yang
Ilmiah, yaitu:
Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan
dalam melakukan tugasnya (memelajari, meneruskan, menolak/menerima serta
mengubah/menambah suatu ilmu). Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan
obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
- Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif .
- Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
- Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
- Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Beberapa sikap ilmiah lainnya dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo
(1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah
berdasarkan metode ilmiah, antara lain :
Sikap ingin tahu
: apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha
mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea;
kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu
masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
Sikap kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
Sikap ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci lagi Diederich mengidentifikasikan 20 komponen sikap ilmiah
yakni sebagai berikut:
·
Selalu meragukan
sesuatu.
·
Percaya akan
kemungkinan penyelesaian masalah.
·
Selalu
menginginkan adanya verifikasi eksprimental.
·
T e k u n.
·
Suka pada sesuatu
yang baru.
·
Mudah mengubah
pendapat atau opini.Loyal etrhadap kebenaran.
·
Objektif.
·
Enggan
mempercayai takhyul.
·
Menyukai
penjelasan ilmiah.
·
Selalu berusaha
melengkapi penegathuan yang dimilikinya.
·
Tidak
tergesa-gesa mengambil keputusan.
·
Dapat membedakan
antara hipotesis dan solusi.
·
Menyadari
perlunya asumsi.
·
Pendapatnya
bersifat fundamental.
·
Menghargai
struktur teoritis
·
Menghargai
kuantifikasi.
·
Dapat menerima
penegrtian kebolehjadian dan.
·
Dapat menerima
pengertian generalisasi
B. TEKNOLOGI DAN
CIRI-CIRI TEKNOLOGI
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La
Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam
upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan
dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara
yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian
pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang
(repetisi).
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui
barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia
untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana
juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani
techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”,
yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman
seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”.
Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari
manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi
suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai
suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia,
tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar
kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan
suatu komunitas manusia yang lain.
Teknologi juga
penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu
rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi
merupakan Aplikasi ilmu dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur
agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki
efisiensi manusia pada beberapa aspek.
Teknologi adalah
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali
dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang
kemampuan mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan,
sedangkan penciptaan roda telah membantu manusia dalam beperjalanan dan
mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di
antaranya mesin cetak, telepon,
dan Internet,
telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan
memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur
yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungansampai senjata
nuklir.
Fenomena Teknik
pada Masyarakat
·
Rasionalistas,
artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
·
Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah..
·
Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi
kegiatan teknis.Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.
·
Monisme, artinya
semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
·
Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
·
Otonomi artinya teknik
berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi Barat,
yang sering masuk dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompok yang
bermodal besar. Ciri-ciri teknologi Barat tersebut adalah:
1. Serba
intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dll.
Sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2. Dalam
struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3. Kosmologi
atau pandangan teknologi Barat adlaah menganggap dirinya sebagai pusat yang
lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemanjuan secara linier, memahami
realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil
jarak dengan alam.
C. ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN NILAI
Ilmu pengetahuan
dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar
perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan,
yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu dapatlah
dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S.
Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil
dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik
secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai
produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui
secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji
kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat
dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain
universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu
saja mudah menerima kebenaran.
Istilah ilmu
diatas, berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui
kegiatan metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode
ilmiah (èkegiatan meyusun tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran
hipotesis dengan deduksi dan verifikasi atau menguji kebenarannya secara
faktual; sehingga kegiatannya disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau
deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan pengetahuan adalah
pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat
dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber
pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense)
yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa
pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para
Nabi atau UtusanNya).
Ilmu pengetahuan
pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen penyangga tubuh pengetahuan yang
disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya dengan nilai moral yaitu:
1.
Ontologis (Objek Formal Pengetahuan)
Ontologis dapat
diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya
2.
Epistemologis
Epistemologis
seperti diuraikan diatas hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
3.
Aksiologis
Aksiologis adalah
asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan ilmu dan
teknologi dengan nilai moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan teknologi
sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan:
1. Golongan
yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai
baik secara ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si
ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau buruk. Golongan
ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga
nilai-nilai kemanusiaan lainnya dikorbankan demi teknologi.
2. Golongan
yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam
batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya
harus berlandaskan pada asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan ini berasumsi
bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila ilmu dan
teknologi disalahgunakan.
Nampaknya ilmuwan
golongan kedua yang patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan terbebas
dari kecenderungan “pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi dengan mengorbankan
nilai-nilai kemanusiaan.
D. KEMISKINAN
Pengertian
Kemiskinan
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan
yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh tiga hal:
1. Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2. Posisi manusia
dalam lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.
Ciri-Ciri Manusia
yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Mereka yang hidup
di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Tidak memiliki
faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dan
lain-lain.
·
Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti
untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
·
Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
·
Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
·
Banyak yang hidup
di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
Fungsi Kemiskinan
Pertama,
kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan-pekerjaan kotor, tak
terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar murah. Orang miskin dibutuhkan untuk
membersihkan got-got yang mampet, membuang sampah, menaiki gedung tinggi,
bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah runtuh, jaga malam. Bayangkan apa
yang terjadi bila orang miskin tidak ada. Sampah bertumpuk, rumah dan
pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai, banyak kegiatan ekonomi yang
melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan kehadiran orang
miskin.
Kedua, kemiskinan
memperpanjang nilai-guna barang atau jasa. Baju bekas yang tak layak pakai
dapat dijual (diinfakkan) kepada orang miskin, termasuk buah-buahhan yang
hampir busuk, sayuran yang tidak laku, Semuanya menjadi bermanfaat (atau
dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.
Ketiga,
kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang
kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah, mengurangi biaya produksi
dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani tidak boleh menaikkan harga
beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
Keempat,
kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada orang miskin, lahirlah
pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang menyalurkan dana dari
badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai kegiatan yang dikelola oleh
departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling laku dijual oleh Negara
Dunia Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.
Kelima, memperteguh
status sosial orang kaya. Perhatikan jasa orang miskin pada perilaku
orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos
kepadanya.Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah
inem-inem mengurus rumah tangganya.
Keenam,
bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya tidak menganggu ketertiban dan
keindahan kota, pedagang kakilima bila mengganggu lalu lintas ditertibkan
(ditangkap, dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak diganti).
Menurut teori
Fungsionalis dari Statifikasi (tokohnya Davis), kemiskinan memiliki sejumlah
fungsi yaitu:
1.
Fungsi Ekonomi
Penyediaan tenaga
untuk pekerjaan tertentu menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru
dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat pemulung).
2.
Fungsi Sosial
Meninmbulkan
altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi kesulitan hidup
bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan merangsang munculnya
badan amal.
3.
Fungsi Kultural
Sumber inspirasi
kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi sastrawan dan memperkaya budaya
saling mengayomi antar sesama manusia.
4.
Fungsi Politik
Berfungsi sebagai
kelompok gelisan atau masyarakat marginal untuk musuh bersaing bagi kelompok
lain.
Walaupun
kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut. Tetapi
karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.
E. PENDAPAT
Ilmu Pengetahuan,
yaitu: sesuatu yang secara teratur diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu
dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif serta
memiliki arti atau makna tersendiri bagi penerimanya.
Teknologi, yaitu:
sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, menyangkut cara bagaimana
berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan
untuk merealisasi tujuan produksi.
Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.
F. REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar