Pages

Minggu, 14 Oktober 2012

merancang arsitektur basis data



Basis data merupakan sumber informasi yang dapat dipakai bersama. Setiap pemakai membutuhkan pandangan yang berbeda terhadap data yang disimpan di dalam basis data. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terdapat arsitektur komersial DBMS yang didasarkan pada perluasan arsitektur yang disebut sebagai arsitektur ANSI-SPARC. Basis data adalah tempat kumpulan data. Menurut C.J. Date (1990), terdapat tujuh keuntungan dengan menggunakan pendekatan basis data, yaitu
  • Redundansi dapat dikurangkan (redundancy can be reduced).
  • Ketidakkonsistenan dapat dihindari (inconsistency can be avoided (to some extent)).
  • Data dapat dibagikan (the data can be shared).
  • Standar-standar dapat diselenggarakan (standards can be enforced).
  • Pembatasan keamanan dapat diterapkan (security restrictions can be applied).
  • Integritas dapat dipertahankan (integrity can be maintained).
  • Keperluan yang bertentangan dapat diseimbangkan (conflicting requirements can be balanced).
Basis data memiliki arsitektur
  • Arsitektur:
Struktur, artinya komponen-komponen apa yang ada dalam suatu sistem dan fungsi masing-masing komponen tersebut, serta bagaimana inter-relasi dan interaksi antar komponen dalam sistem tersebut.
  • Arsitektur Sistem Software:
Spesifikasi dari arsitektur sistem software, menyebutkan bermacam-macam modul beserta interface dan inter-relasi antar data dan alur kontrol dalam suatu sistem:
  • Programming-in-the-small:
Pengembangan individual modul
  • Programming-in-the-large: Pengintegrasian modul-modul menjadi suatu sistem yang komplit.
  • Secara garis besar, basis data memiliki susunan atau arsitektur sebagai berikut:
–        DBMS (Data Base Management System): bagian dari perangkat lunak yang bertanggungjawab dalam create, read, update, delete record atau mengelola basis data
–        DDL (Data Definition Language): yang dipakai oleh DBMS untuk secara fisik menetapkan jenis record, field dan struktur hubungannya
–        DML (Data Manipulation Language): dipakai untuk membuat, membaca dan meng-update record dalam basis datadan melakukan navigasi antara record-record yang berbeda
–        Metadatathe data about the data –such as record and field definitions, synonyms, data relationships, validation rules, help messages, and so forth
  • Jadi, Distributed DBMS adalah Large Scale Software System.
  • Struktur “Ideal” (Standard): Segala bentuk sistem mengacu atau merupakan turunan dari Reference Architecture ini.
  • Untuk menciptakan Reference Architecture ini diperlukan standardisasi.
  • Contoh: ISO/OSI Model yang merupakan reference architecture dari Wide Area Computer Networks
  • Reference Model (Arsitektur Sistem) dapat dinyatakan berdasarkan 3 pendekatan yang berbeda:
¨      Berdasarkan Komponen:
n       Inter-relasi antar komponen yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
¨      Berdasarkan Fungsi:
n       Penyediaan fungsi-fungsi/fasilitas-fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan user yang berbeda-beda. Strukturnya kebanyakan berbentuk hirarkhi, sesuai klasifikasi user, contohnya ISO/OSI model.
¨      Berdasarkan Data:
n       Karena data merupakan sumber daya utama yang di-manage oleh DBMS, maka pendekatan ini menjadi pilihan yang tepat untuk melangkah lebih jauh ke proses standardisasi. Penyediaan beberapa tipe data dan arsitektur sistem ditekankan pada penyediaan fungsi  berdasarkan klasifikasinya yang dapat menggunakan tipe-tipe data pada masing-masing klasifikasi.
n       Arsitektur sistem yang berbasis organisasi data. Menurut ANSI/SPARC, arsitektur basis data terbagi atas tiga level yaitu :
1. Tingkat eksternal (external level)
Tingkat eksternal merupakan cara pandang pemakai terhadap basis data. Pada tingkat ini menggambarkan bagian basis data yang relevan bagi seorang pemakai tertentu. Tingkat eksternal terdiri dari sejumlah cara pandang yang berbeda dari sebuah basis data. Masing-masing pemakai merepresentasikan dalam bentuk yang sudah dikenalnya. Cara pandang secara eksternal hanya terbatas pada entitas, atribut, dan hubungan antar entitas (relationship) yang diperlukan saja.
2. Tingkat konseptual (conceptual level)
Tingkat konseptual merupakan kumpulan cara pandang terhadap basis data. Pada tingkat ini menggambarkan data yang disimpan dalam basis data dan hubungan antara datanya. Hal-hal yang digambarkan dalam tingkat konseptual adalah:
- semua entitas beerta atribut dan hubungannya
-  batasan data
- informasi semantic tentang data
- keamanan dan integritas informasi
semua cara pandang pada tingkat eksternal berupa data yang dibutuhakan oleh pemakai harus sudah tercakup didalam tingkat konseptual atau dapat diturunkan dari data yang ada. Deskripsi data dari entitas pada tingkat ini hanya terdiri dari jenis data dan besarnya atribut tanpa memperhatiakn besarnya penyimpana dalam ukuran byte.
3. Tingkat Internal (Internal level)
Tingkat internal merupakan perwujudan basis data dalam computer. Pada tingakat ini menggambarkan bagaimana basis data disimpan secara fisik didalam peralatan strorage yang berkaitan erat dengan tempat penyimpanan/physical storage.
Tingkat internal memperhatikan hal-hal berikut ini:
- Alokasi ruang penyimpana data dan indeks
- Deskripsi record untuk penyimpanan (dengan ukuran penyimpanan untuk data elemen)
- Penempatan record
- Penempatan data dan teknik enscryption.
¨      Three Views of Data:
n       External View
¨      tingkat pemakai individu
¨      Struktur data yang terlihat oleh user.
n       Internal View
¨      representasi tingkat bawah keseluruhan basis data.
¨      Struktur data dalam sistem atau mesin.
¨      Berhubungan erat dengan organisasi data secara fisik.
¨      Lokasi dan mekanisme akses ke data
n       Conceptual View :
¨      representasi keseluruhan isi informasi basis data.
¨      Yang menjembatani, definisi abstrak dari database. Representasi data dan   relasi antar data tanpa memperhatikan   kebutuhan setiap aplikasi atau keterbatasan media penyimpanan.
Arsitektur DBMS
Arsitektur data menjadi sebuah sumber bisnis pada sebuah lingkungan basis data. Sistem informasi dibangun disekitar sumber ini untuk membuat programmer komputer atau pengguna akhir dapat mengakses data secara fleksibel. Arsitektur data bisnis mendefinisikan bagaimana bisnis tersebut akan berkembang dan menggunakan file maupun database untuk menyimpan semua data dalam organisasi, teknologi file dan database untuk digunakan, dan setup struktur administrasi untuk mengelola sumber data.
Database arsitektur mengacu pada teknologi database yang menckup database engine, database utility, alat CASE database untuk analisa dan desain, dan alat pengembangan aplikasi database.
Arsitektur Basis Data dibangun menggunakan format paket bahasa yaitu DDL, dan DML.– DDL (Data Definition Language), yang merupakan satu paket bahasa DBMS yang berguna untuk melakukan spesifikasi terhadap skema basis data. Contoh perintah
DDL misalnya, Create Table, Create Index, Alter table, drop view, Drop index. – DML (Data Manipulation Language), yang merupakan satu paket DBMS yang memperbolehkan pemakai untuk mengakses atau memanipulasi data sebagaimana yang telah diorganisasikan sebelumnya dalam model data yang tepat. Dengan DML kita akan dapat :
o Mengambil informasi yang tersimpan dalam basis data.
o Menyisipkan informasi baru dalam basis data.
o Menghapus informasi dari tabel.
Tipe File
Tipe-tipe file yang digunakan dalam DBMS dibedakan menjadi :
• File Induk (master File)
– file induk acuan (reference master file) : file induk yang recordnya relatif statis,
jarang berubah nilainya. Misalnya file daftar gaji, file mata pelajaran.
– file induk dinamik (dynamic master file): file induk yang nilai dari record-recordnya
sering berubah atau sering dimutakhirkan (update) sebagai hasil dari suatu
transaksi. Misalnya file induk data barang, yang setiap saat harus di up-date bila
terjadi transaksi.
• File Transaksi (transaction file)
File ini bisa disebut file input; digunakan untuk merekam data hasil dari
transaksi yang terjadi. Misalnya file penjualan yang berisi data hasil transaksi
penjualan.
• File Laporan (Report file)
File ini bisa disebut output file, yaitu file yang berisi informasi yang akan
ditampilkan.
• File Sejarah (history file)
File ini bisa disebut file arsip (archival file), merupakan file yang berisi data
masa lalu yang sudah tidak aktif lagi, tetapi masih disimpan sebagai arsip.
• File Pelindung (backup file)
File ini merupakan salinan dari file-file yang masih aktif di dalam database pada
suatu saat tertentu. File ini digunakan sebagai pelindung atau cadangan bila
file database yang aktif mengalami kerusakan atau hilang.
Teknik Merancang Model Basis Data
Dalam DBMS terdapat beberapa model basis data yang digunakan yang
menyatakan hubungan antara record-record yang ada dalam basisdata
yaitu :
–        Flat file (Tabular) : data terletak didalam tabel tunggal
–        Hirarchical : mengunakan pola Induk-anak (parent-child)
–        Network : disebut juga DBTG (database task group) or CODASYL (converence on data system language)
–        Relational : terdiri dari tabel-tabel termonalisasi dengan field-field kunci
sebagai penghubung relational antar table
Sebetulnya terdapat teknik yang lebih baru dari model relasional yaitu:
–    DBMS Deduktif
–        DBMS Pakar
–        DBMS Semantik
–        DBMS berorientasi objek
–        DBMS relasional universal.
Namun teknik tersebut masih relatif jarang digunakan saat ini. Sedangkan teknik
relasional telah didukung dan merupakan standart dari bahasa SQL.
Pendekatan paling umum dan banyak digunakan dalam melakukan
perancangan model konseptual adalah dengan menggunakan model data
relational, yang memiliki dua buah teknik, yaitu :
–        Teknik Normalisasi
–   Teknik Entity Relationship Diagram (ERD)
PERBEDAAN ARSITEKTUR BASIS DATA DAN SISTEM BASIS DATA
Arsitektur basis data lebih ke fokus ke bagaimana data itu disimpan dalam media penyimpanan( misal hardisk), masalah indexing, kecepatan akses, sequential atau tersebar. pokonya yang berhubungan dengan bagaimana data disimpan dalam media fisik. Sedangkan sistem basis data lebih cenderung bagaimana menggabungkan hal-hal yang berhubungan dengan manajemen data tersebut. misalnya aja bahasa interfacingnya apa aja( sql, pl/sql), gimana caranya multiple query, aksesnya apa aja( stand alone, jaringan) jadi
basis data –> gimana caranya simpan datanya
sistem basis data-> terdiri dari basis data, sql, user interfacenya gimana, hak akses

Arsitektur DBMS Multi User

Teleprocessing
Arsitektur tradisional untuk sistem multi user adalah teleprocessing, dimana satu komputer dengan sebuah CPU dan sejumlah terminal seperti pada gambar di bawah ini.
Semua pemrosesan dikerjakan dalam batasan fisik komputer yang sama. Terminal untuk pemakai berjenis ‘dumb’, yang tidak dapat berfungsi sendiri dan masing-masing dihubungkan ke komputer pusat. Terminal-terminal tersebut mengirimkan pesan melalui subsistem pengontrol komunikasi pada sistem operasi ke program aplikasi, yang bergantian menggunakan layanan DBMS.
Dengan cara yang sama, pesan dikembalikan ke terminal pemakai. Arsitektur ini menempatkan beban yang besar pada komputer pusat yang tidak hanya menjalankan program aplikasi tetapi juga harus menyelesaikan sejumlah pekerjaan pada terminal seperti format data untuk tampilan di monitor.
File-Server
Proses didistribusikan ke dalam jaringan sejenis LAN (Local Area Network). File server mengendalikan file yang diperlukan oleh aplikasi dan DBMS. Meskipun aplikasi dan DBMS dijalankan pada masing-masing workstation tetapi tetap meminta file dari file server jika diperlukan
Dengan cara ini, file server berfungsi sebagai sebuah hard disk yang digunakan secara bersamaan.
Kerugian arsitektur file-server adalah :
- Terdapat lalulintas jaringan yang besar
- Masing-masing workstation membutuhkan copy DBMS
- Kontrol terhadap concurrency, recovery dan integrity menjadi lebih kompleks
Client Server
Untuk mengatasi kelemahan arsitektur-arsitektur di atas maka dikembangkan arsitektur client-server. Client-server menunjukkan cara komponen software berinteraksi dalam bentuk sistem.
Sesuai dengan namanya, ada sebuah pemroses client yang membutuhkan sumber dan sebuah server yang menyediakan sumbernya. Tidak ada kebutuhan client dan server yang harus diletakkan pada mesin yang sama. Secara ringkas, umumnya server diletakkan pada satu sisi dalam LAN dan client pada sisi yang lain.
Dalam konteks basis data, client mengatur interface berfungsi sebagai workstation tempat menjalankan aplikasi basis data. Client menerima permintaan pemakai, memeriksa sintaks dan generate kebutuhan basis data dalam SQL atau bahasa yang lain. Kemudian meneruskan pesan ke server, menunggu response dan bentuk response untuk pemakai akhir. Server menerima dan memproses permintaan basis data kemudian mengembalikan hasil ke client.
Ada beberapa keuntungan jenis arsitektur ini adalah :
• Memungkinkan akses basis data yang besar
• Menaikkan kinerja
• Jika client dan server diletakkan pada komputer yang berbeda kemudian CPU yang berbeda dapat memproses aplikasi secara paralel. Hal ini mempermudah merubah mesin server jika hanya memproses basis data.
• Biaya untuk hardware dapat dikurangi
• Hanya server yang membutuhkan storage dan kekuatan proses yang cukup untuk menyimpan dan mengatur basis data
• Biaya komunikasi berkurang
• Aplikasi menyelesaikan bagian operasi pada client dan mengirimkan hanya bagian yang dibutuhkan untuk akses basis data melewati jaringan, menghasilkan data yang sedikit yang akan dikirim melewati jaringan
• Meningkatkan kekonsistenan
• Server dapat menangani pemeriksaan integrity sehingga batasan perlu didefinisikan dan validasi hanya di satu tempat, aplikasi program mengerjakan pemeriksaan sendiri
• Map ke arsitektur open-system dengan sangat alami
Berikut ini adalah ringkasan fungsi client-server
ClientServer
Mengatur user interfaceMenerima dan memproses basis data yang diminta dari client
Menerima dan memeriksa sintaks input dari pemakaiMemeriksa autorisasi
Memproses aplikasiMenjamin tidak terjadi pelanggaran terhadap integrity constraint
Generate permintaan basis data dan memindahkannya ke serverMelakukan query/pemrosesan update dan memindahkan response ke client
Memberikan response balik kepada pemakaiMemelihara data dictionary
Menyediakan akses basis data secara bersamaan
Menyediakan kontrol recovery

Data Dictionary

Data dictionary adalah tempat penyimpanan informasi yang menggambarkan data dalam basis data. Data dictionary biasa disebut juga dengan metadata atau data mengenai data. Modul pengontrol otorisasi menggunakan data dictionary untuk memeriksa apakah seorang pemakai perlu mempunyai wewenang.
Untuk mengerjakan pemeriksaan tersebut data dictionary menyimpan :
• nama-nama pemakai yang mempunyai wewenang untuk menggunakan DBMS
• nama-nama data item yang ada dalam basis data
• data item yang dapat diakses oleh pemakai dan jenis akses yang diijinkan, misalnya: insert, update, delete atau read
Sedangkan untuk memeriksa integritas data, data dictionary menyimpan :
• nama-nama data item dalam basis data
• jenis dan ukuran data item
• batasan untuk masing-masing data item
Sistem data dictionary dapat dibedakan atas sistem aktif dan pasif. Sistem aktif selalu konsisten dengan struktur basis data karena secara otomatis dikerjakan oleh sistem. Sebalikn

menentukan prosedur recovery

Disaster recovery planning adalah suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakankonsisten yang harus diambil sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu yang menyebabkan suatu kerugian penting sumber daya sistem informasi. Disaster recovery plan adalah prosedur untuk merespons suatu keadaan darurat, menyediakan backup operasi selama gangguan terjadi, dan mengelola pemulihan dan menyelamatkan proses sesudahnya. Sasaran pokok disaster recover plan adalah untuk menyediakan kemampuan dalam menerapkan proses kritis di lokasi lain dan mengembalikannya ke lokasi dan kondisi semula dalam suatu batasan waktu yang memperkecil kerugian kepada organisasi, dengan pelaksanaan prosedur recovery yang cepat.

Tujuan dan Sasaran DRP :

Tujuan DRP yang utama adalah untuk menyediakan suatu cara yang terorganisir untuk membuat keputusan jika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Tujuan disaster recovery plan adalah untuk mengurangi kebingungan organisasi dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk berhubungan dengan krisis tersebut.
Sesungguhnya, ketika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi, organisasi tidak akan mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan melaksanakan suatu rencana pemulihan dengan segera. Oleh karena itu, jumlah perencanaan dan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya akan menentukan kemampuan organisasi tersebut dalam mengangani suatu bencana.

DRP mempunyai banyak sasaran, dan masing-masing sasaran tersebut penting. Sasaran-sasaran tersebut meliputi:
 Melindungi suatu organisasi dari kegagalan penyediaan jasa komputer.
 Memperkecil risiko keterlambatan suatu organisasi dalam menyediakan jasa
 Menjamin keandalan sistem melalui pengujian dan simulasi
 Memperkecil pengambilan keputusan oleh personil selama suatu bencana.

Tahapan DRP ini meliputi:
 Proses DRP
 Pengujian disaster recovery plan
 Prosedur disaster recovery

Proses Disaster Recovery Planning
Tahap ini meliputi mengembangan dan pembuatan rencana recovery yang mirip dengan proses BCP. Di sini, kita mengasumsikan bahwa identifikasi itu telah dibuat dan dasar pemikiran telah diciptakan. Sekarang kita tinggal menentukan langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk melindungi bisnis itu ketika bencana yang sebenarnya terjadi.

Langkah-Langkah di dalam tahap disaster planning process adalah sebagai berikut:
 Data Processing Continuity Planning. Perencanaan ketika terjadi bencana dan menciptakan rencana untuk mengatasi bencana tersebut.
 Disaster Recovery Plan Maintenance. Melihara rencana tersebut agar selalu diperbarui dan relevan.
1. Data Processing Continuity Planning
Berbagai cara proses backup adalah unsur-unsur terpenting dalam disaster recovery plan. Di bawah ini dapat lihat jenis-jenis proses yang paling umum:
 Mutual aid agreements
 Subcription services
 Multiple centers
 Service bureaus
 Data center backup alternatif lainnya.

a. Mutual Aid Agreements
Mutual aid agreements adalah suatu perjanjian dengan perusahaan lain yang mungkin punya kebutuhan komputasi serupa. Perusahaan lain mungkin punya bentuk wujud perangkat lunak atau perangkat keras serupa, atau memerlukan komunikasi data jaringan yang sama atau akses internet yang serupa dengan organisasi milik kita.
Di dalam persetujuan ini, kedua belah pihak setuju untuk mendukung satu sama lain ketika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Persetujuan ini dibuat dengan asumsi bahwa masingmasing operasi organisasi mempunyai kapasitas untuk mendukung operasi organisasi lain yang sejenis pada saat diperlukan.
Ada keuntungan yang jelas dari perjanjian ini. Hal ini memungkinkan suatu organisasi untuk memperoleh tempat sementara untuk melakukan kegiatan operasionalnya ketika terjadi bencana dengan biaya yang sangat kecil atau tanpa biaya sama sekali. Juga, jika perusahaan mempunyai kebutuhan proses yang serupa, seperti sistem operasi jaringan yang sama, kebutuhan komunikasi data yang sama, atau prosedur proses transaksi yang sama prosedur, persetujuan jenis ini mungkin tepat dan dapat dilakukan.
Persetujuan jenis ini mempunyai kerugian serius pula, bagaimanapun, dan benar-benar harus dipertimbangkan hanya jika organisasi mempunyai mitra yang sempurna dan tidak punya alternatif lain terhadap disaster recovery. Satu kerugiannya adalah mau tidak mau masing-masing infrastruktur organisasi harus mempunyai ekstra kapasitas yang tak terpakai untuk memungkinkan pengolahan operasional penuh sepanjang peristiwa yang mengganggu terjadi.
Kekurangan yang paling besar dalam rencana jenis ini adalah apa yang akan terjadi ketika bencana tersebut cukup besar dan mempengaruhi kedua organisasi tersebut. Ketika keduanya mengalami bencana, keuntungan yang sedianya bisa diperoleh menjadi tidak lagi dimungkinkan.



b. Subscription Services
Jenis skenario lain yaitu dengan menggunakan jasa langganan (subcription services). Di dalam skenario ini, pihak ketiga, jasa komersial menyediakan proses backup dan fasilitas pemrosesannya. Jasa Langganan mungkin yang paling umum dilakukan. Jenis ini mempunyai kerugian dan keuntungan yang sangat spesifik.
Terdapat tiga bentuk dasar subcription service dengan beberapa variasi:
• Hot Site
Ini adalah lokasi backup alternatif yang paling hebat. Hot site adalah suatu tempat yang mempunyai fasilitas komputer yang dipasok dengan daya listrik, pemanasan, ventilasi, dan proses pengaturan suhu, dan berfungsi sebagai file/print server dan workstation. Aplikasi yang diperlukan untuk mendukung proses transaksi secara remote di-install pada server dan workstation dan dijaga agar selalu up-to-date sesuai dengan kondisi operasional biasa. Lokasi jenis ini memerlukan pemeliharaan perangkat keras, perangkat lunak, data, dan aplikasi yang teratur untuk menjaga kesesuaian dengan kondisi biasanya. Hal ini memerlukan biaya administratif yang lebih dan cukup menghabiskan sumber daya.
Keuntungan dari hot site ini cukup banyak. Keuntungan yang utama adalah bahwa ketersediannya selama 24/7. Hot site dapat digunakan secara cepat dan tersedia (atau di dalam toleransi waktu yang diperbolehkan) sesaat setelah peristiwa yang mengganggu terjadi.

• Warm Site
Warm site merupakan kombinasi antara hot site dan cold site. Seperti halnya hot site, pada warm site terdapat suatu fasilitas komputer yang tersedia dengan daya listrik dan HVAC, tetapi aplikasinya belum di-install atau dikonfigurasi. Untuk memungkinkan pengolahan secara remote pada lokasi jenis ini, workstation harus dikirimkan dengan cepat; dan aplikasi dan data mereka perlu di-restore dari backup media. Keuntungan warm site adalah sebagai berikut: Harga. Lebih murah dibanding hot site. Lokasi. Lokasi bisa dipilih lebih fleksibel. Sumber daya. Sumber daya yang digunakan lebih sedikit daripada sumber daya yang dibutuhkan hot site. Kerugian yang utama dibandingkan dengan hot site, adalah diperlukannya waktu dan usaha yang lebih besar untuk memulai proses recovery di tempat yang baru. Jika proses operasional
transaksi tidak begitu penting dan kritis, warm site dapat menjadi pilihan yang tepat.

• Cold Site
Cold site merupakan pilihan paling tidak siap dari ketiga pilihan yang ada, tetapi mungkin yang paling umum. Cold site berbeda dengan dua yang lain, cold site merupakan suatu ruang dengan daya listrik dan HVAC, tetapi komputer harus dibawa dari luar jika diperlukan, dan link komunikasi bisa ada ataupun tidak. File/print server harus dibawa masuk, seperti halnya semua workstation, dan aplikasi perlu diinstall dan data di-resore dari backup.
Ada beberapa keuntungan cold site, bagaimanapun, yang menjadi alasan utama adalah biaya. Jika suatu organisasi mempunyai anggaran sangat kecil untuk suatu lokasi proses backup alternatif, cold site mungkin lebih baik dibanding tidak ada sama sekali.

b. Multiple Centers
Variasi untuk lokasi alternatif yang sebelumnya telah disebutkan sebelumnya dinamakan multiple centers, atau lokasi rangkap. Dalam suatu konsep multiple-center, proses pengolahan tersebar di beberapa pusat operasi, menciptakan suatu pendekatan reduncancy dan pembagian sumber daya tersedia. Multiple-center ini dimiliki dan diatur oleh organisasi yang sama (lokasi in-house) atau penggunaan bersama dengan beberapa macam persetujuan timbal balik. Keuntungannya terutama hanya semata-mata masalah finansial. Kerugian yang utama adalah relatif lebih sulit untuk dikelola.


c. Service Bureaus
Dalam kasus yang langka, suatu organisasi dapat mengontrak suatu kantor jasa/layanan untuk secara penuh menyediakan semua proses backup. Keuntungan yang besar pada jenis ini adalah ketersediaan dan tanggapan yang cepat kantor jasa/layanan dan uji coba bisa dilakukan.Kerugian dari jenis ini adalah biaya yang dibutuhkan cukup besar.
2. Disaster Recovery Plan Maintenance
Disaster Recovery Plan sering kali kadaluarsa. Perusahaan dapat menyusun kembali DRP-nya, bisnis unit yang kritis mungkin berbeda dibanding ketika rencana yang yang pertama diciptakan. Yang paling umum adalah berubahnya infrastruktur jaringan atau infrastruktur komputasi berubah (perangkat keras, perangkat lunak, dan lain komponennya). Pertimbangan boleh jadi administratif: DRP yang kompleks tidaklah dengan mudah dibaharui, personil kehilangan minat, atau terjadinya pergantian karyawan yang mempengaruhi keterlibatannya.
Apapun alasannya, merencanakan teknik pemeliharaan harus dimulai sejak dari permulaan untuk memastikan bahwa rencana tersebut selalu up-to-date dan dapat dipakai. Adalah penting untuk membangun prosedur pengelolaan ke dalam organisasi dengan memasukkannya ke dalam job description masing-masing staf yang memusatkan tanggung jawab untuk selalu diperbaharui. Juga, menciptakan prosedur audit yang dapat melaporkan secara teratur atas status rencana tersebut. Adalah juga penting memastikan bahwa tidak ada versi yang ganda atas rencana tersebut, sebab hal tersebut bisa menciptakan kebingungan ketika terjadi suatu keadaan darurat.
Lima Jenis Tes Disaster Recovery Plan :
Ada 5 tipe tes rencana pemulihan bencana. Susunan di bawah ini adalah berdasarkan prioritas,dari yang paling sederhana hingga jenis/tipe tes yang paling lengkap.Setiap tes terlibat secara lebih progresif dan lebih akurat melukiskan tanggung jawab actual perusahaan. Beberapa tipe-tipe tes, contohnya dua yang terakhir memerlukan investasi besarbaik waktu, sumber daya dan koordinasi saat implementasi.
Berikut ini adalah jenis/tipe tes :
 Checklist Test. Duplikasi dari rencana tersebut didistribusikan ke masing-masing business units management. Rencana tersebut kemudian di-review untuk menjamin rencana tersebut terhubungkan kesemua prosedur-prosedur dan area-area organisasi yang critical. Kenyataannya, ini dianggap sesuatu langkah pendahuluan tes yang nyata dan bukan tes yang memuaskan.
 Simulation Test. Selama tes simulasi, seluruh personil operasional dan support diharapkan menjalankan actual emergency meet pada sesi latihan. Tujuannya di sini adalah untuk menguji kemampuan personil dalam merespons simulasi bencana. Simulasi tersebut mengarah pada point relokasi untuk alternatif backup site atau menentukan prosedur pemulihan, tetapi tidakdilaksanakan proses pemulihan aktual atau proses alternatif.
 Paralel Test. Paralel adalah tes penuh dari rencana recovery, dengan menggunakan seluruh personil. Perbedaan antara paralel test dengan full interruption test selanjutnya adalah proses produksi utama pada bisnis tidak berhenti. Tujuan dari tes jenis ini adalah untuk memastikan bahwa critical system akan berjalan aktual pada alternatif proses backup site. Sistem-sistem tersebut direlokasikan ke site alternatif , proses paralel mulai dijalankan dan hasil transaksitransaksi dan elemen-elemen lainnya yang dibandingkan. Tipe ini yang paling umum dari tes disaster recovery plan.
 Full – Interruption Test. Selama full interruption test, sesuatu bencana direplikasikan langsung ke sesuatu saat pelaksanaan produksi normal yang terhenti. Rencana tersebut secara keseluruhan di implementasikan seperti sebuah bencana yang nyata, langsung melibatkan emergency sevices (meskipun untuk tes yang lebih besar, local authorities mungkin di informasikan dan membantu cordinate). Tes tersebut merupakan bentuk tes yang sangat menakutkan, dari mana ini dapat menyebabkan sesuatu bencana pada tes tersebut. Ini juga merupakan jalan yang terbaik yang paling pasti untuk menguji disaster recovery plan.

Tahapan Disaster Recovery Plan adalah sebagai berikut :
1. REDUNDANT atau Dual Input POWER SOURCE
Siapkan power source yang memadai dan siap pakai serta bisa juga kita terapkan pada DUAL Input power ke UPS kita. Jika tidak ada Genset, kita juga bisa memanfaatkan Input sumber daya yang lain seperti tenaga Surya, dll.
a. Input Power dari PLN.
b. Input Power dari GENSET.
c. Input Power dari Power Source lain.
2. DUAL UPS atau Redundant UPS to PSU
a. UPS A
b. UPS B
Kita gunakan 2 UPS dengan Input Power Source yang berbeda untuk men-supply sebuah server yang memiliki dual Power Supply Unit. Tentunya ini berlaku untuk server yang punya 2 buah Power Supply Unit ( PSU ). Tujuannya adalah jika terjadi problem di salah satu Power Source maka Server juga masih bisa hidup dari Power Supply yang lain atau Power Source yang lain.
3. DUAL POWER SUPPLY UNIT ( per server )
a. PSU A dengan power input dari UPS A
b. PSU B dengan power input dari UPS B
Tidak semua Server memiliki fasilitas Dual Power Supply ini, jadi jika server kita memiliki dual Power Supply maka sebaiknya kita manfaatkan se-optimal mungkin.

4. LOCAL STORAGE RAID System untuk OS
RAID System ( Redundant Array of Inexpensive Disks ) adalah sekelompok harddisk yang berfungsi saling mengantikan / redundant untuk menjaga fungsional harddisk.

Tujuannya adalah jika salah satu atau beberapa harddisk dari suatu kelompok harddisk mengalami kerusakan, maka sekelompok harddisk tersebut secara fungsi tidak mengalami problem sehingga kita tidak sampai mengalami kehilangan data. Pada RAID System ini dianjurkan mengunakan harddisk HotPlug atau harddisk HotSwap, sehingga dengan harddisk ini kita tidak perlu mematikan server untuk proses pengantian harddisk yang rusak tersebut.System RAID yang dapat kita gunakan adalah :
a. RAID 1+0 / Mirror ( minimal ), lebih bagus lagi pake RAID5 atau RAID6 .
b. RAID5 => ( N=N-1 ), 1 buah harddisk yang dialokasikan untuk Fault Tolerance.
c. RAID6 / RAID ADG ( Advanced Data Guard ) => ( N=N-2 ), 2 buah harddisk yang dialokasikan untuk Fault Tolerance.
5. DUAL / REDUNDANT Connection LAN per server
Mengunakan 2 LAN Card atau lebih tentu akan menjamin Availability server dalam jaringan jika terjadi kerusakan pada LAN Card Server. Sehingga jika salah satu koneksi LAN putus maka koneksi LAN yang lain dapat mengambil alih koneksi atau otomatis Take Over. Redundant Connection ini dapat berupa :
a. NIC / LAN Card untuk Redundant Connection & Load Balancing
b. FO untuk Redundant Connection (Server ke SAN / NAS & FO antar Switch)

6. REDUNDANT Connection EXTERNAL STORAGE 
Protection untuk OS, Database & Fileserver External Storage berupa SAN ( Storage Area Network ) ataupun NAS ( Network Attach Storage ) saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam Server System. Redundant Connection dari Server ke External Storage ini sangat penting karena sangat membantu dalam menigkatkan proteksi storage sesuai sehingga fungsional Data Storage dapat befungsi sebagaimana mestinya. Koneksi dari Server ke External Storage berupa Fiber Optic ( FO ) atau Ethernet Connection ( iSCSI ) dan proteksi ke storage kita berupa :
a. System RAID (RAID 1+0, RAID5 atau RAID6)
b. ASM & OMF ( khusus untuk Database Oracle )

7. TAPE BACKUP, Tape Library atau Vitual Tape Library ( VTL )
Tape Backup adalah Proteksi Data lebih lanjut baik ke External Catriedge maupun Virtual Tape Library yang selanjutnya Tape Catriedge di simpan ke suatu tempat khusus agar jika terjadi disaster ( musibah ) dapat digunakan untuk recovery data dengan cepat.
a. Tape Backup Convensional dengan Catriedge yang memadai
b. FO untuk Redundant Connection (dari Server ke Library atau VTL / Virtual Tape library)
8. SERVER REPLICATION TECHNOLOGY
Technology yang di implementasikan pada Server kita sangat berperan penting, misalnya pada Single Server jika terjadi problem ringan seperti RESTART Server, Update Patch, dll butuh waktu untuk Downtime 5 menit hingga 15 menit untuk proses Running Up Server. Apalagi problem fatal maka butuh waktu sekitar 1 jam lebih untuk Re-Building Server yang sama seperti semula. Maka dengan Technology Server Replication maka Downtime Server tersebut bisa di minimalkan bahkan bisa di tekan hingga hingga ZERO Downtime.
Ada 2 macam teknik dalam Server Replication, yaitu :
a. MIRRORED SERVER
b. CLUSTERED SERVER
Pada Mirrored server dibutuhkan Intervensi IT Administrator untuk melakukan Switching atau TakeOver Server termasuk menjalankan Script agar Server Pasif dapat mengambil alih Server Aktif yang sedang Down. Sedangkan pada Clustered Server tidak lagi dibutuhkan intervensi IT Administrator karena Clustered Server bisa melakukan TakeOver secara otomatis. Pada server penulis, proses TakeOver Clustered Server dari NODE1 ke NODE2 di Windows Server 2003 hanya berjalan dalam hitungan sekitar 5 detik.

Clustered System adalah Teknik mengabungkan kemampuan atau kekuatan beberapa buah Server menjadi sebuah Server System yang Powerfull. Secara phisical, Clustered Server ini terdiri atas 2 buah Server atau lebih bahkan hingga ratusan Server. Namun secara System dikenali sebagai 1 buah Server System. Jadi Clustered Server merupakan manifestasi atau miniatur daripada Server Mainframe yang harganya sangat mahal, sehingga dengan menjadi Clustered Server biaya pembelian Server Mainframe dapat di gantikan dengan membangun Clustered Server.
9. SERVER CO-LOCATION
Server Colocation adalah Server production kita gunakan operasional sehari-hari yang di Replikasi-kan pada Server kita yang berada diluar Site Server kita. Misalnya di luar kota, di luar pulau bahkan di luar negeri. Implementasi ini sangat bergantung pada kecepatan bandwith koneksi yang kita miliki atau kita sewa dari ISP.
Ada 3 macam teknik dalam Server Co-Location, yaitu :
a. MIRRORED SERVER Co-Location
b. CLUSTERED SERVER Co-Location
c. BACKUP Storage to Co-Location Storage ( umumnya mengunakan NAS dengan iSCSI )


Sumber : http://partytaufiq.blogspot.com/2010/04/disaster-recovery-planning.html

menguji web server



Para web admin pasti memerlukan  suatu tools yang dapat menguji ketangguhan web server yang mereka miliki, ada berbagai macam tools yang dapat digunakan untuk fungsi tersebut. Salah satu tools yang dapat digunakan adalah Siege.
Siege adalah sebuah tools benchmarking open source untuk menguji performa web server . Siege dapat melakukan stress test kepada sebuah url dengan jumlah koneksi dan waktu yang dapat kita sesuaikan.
1. Instalasi Siege pada CentOS atau Ubuntu cukup mudah dan terdapat pada repository :
#apt-get install siege
#yum install siege
2. Instalasi menggunakan source juga dimungkinkan dengan mengambil paketnya di alamat berikut : http://www.joedog.org/pub/siege/siege-latest.tar.gz
3. Instalasi source seperti biasa harus melewati beberapa proses terlebih dahulu yaitu :
#tar xfvz siege-latest.tar.gz
kemudian masuk  kedalam folder hasil extract, didalam direktori tersebut lakukan langkah instalasi :
#./configure
#make
#make install
4. Setelah terpasang kita dapat mulai melakukan pengujian dengan siege, contoh pengujiannya adalah sebagai berikut :
#siege –concurrent=50 –benchmark –time=3m http://situs_yang_diuji
pada contoh diatas kita melakukan pengujian dengan 50 koneksi konkuren selama 3 menit. Syntax lengkap untuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
Options:
-V, –version                       VERSION, prints version number to screen.
-h, –help                             HELP, prints this section.
-C, –config                         CONFIGURATION, show the current configuration.
-v, –verbose                        VERBOSE, prints notification to screen.
-g, –get                                GET, pull down headers from the server and display HTTP transaction. Great for web application debugging.
-c, –concurrent=NUM    CONCURRENT users, default is 10
-u, –url=”URL”                 Deprecated. Set URL as the last argument.
-i, –internet                       INTERNET user simulation, hits the URLs randomly.
-b, –benchmark               BENCHMARK, signifies no delay for time testing.
-t, –time=NUMm            TIME based testing where “m” is the modifier S, M, or H
-r, –reps=NUM                REPS, number of times to run the test, default is 25
-f, –file=FILE                   FILE, change the configuration file to file.
-R, –rc=FILE                    RC, change the siegerc file to file.  Overrides the SIEGERC environmental variable.
-l, –log                                LOG, logs the transaction to PREFIX/var/siege.log
-m, –mark=”text”            MARK, mark the log file with a string separator.
-d, –delay=NUM             Time DELAY, random delay between 1 and num designed to simulate human activity. Default value is 3
-H, –header=”text”         Add a header to request (can be many)
-A, –user-agent=”text”   Sets User-Agent in request
Dan setelah selesai melakukan test, Siege akan memberikan report mengenai performa web server yang di uji. Contohnya adalah sebagai berikut :
Lifting the server siege…      done.
Transactions:                1731 hits
Availability:                   99.14 %
Elapsed time:                 59.80 secs
Data transferred:           5.66 MB
Response time:               3.22 secs
Transaction rate:           28.95 trans/sec
Throughput:                    0.09 MB/sec
Concurrency:                   93.27
Successful transactions:        1731
Failed transactions:                15
Longest transaction:              15.25
Shortest transaction:              0.09

Blogger templates